Langsung ke konten utama

Ulasan buku: Tan Malaka dan Sjahrir dalam kemelut sejarah


Judul : Tan Malaka & Sjahrir Dalam Kemelut sejarah
Penulis : Kholid O. Santoso, Dkk
Penerbit : SEGA ASRY
Pengulas : Andika Firdaus/Angk. Muttia Ate

Tan malaka dan sjahrir adalah dua tokoh yang memiliki peranan besar dalam sejarah revolusi indonesia. para sejarawan menempatkan keduanya pada barisan "Tujuh Begawan Revolusi Indonesia" (Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir, Tan Malaka, Amir Sjarifuddin, Jenderal sudirman, dan A,H. Nasution). 

Perjalanan Tan Malaka dalam mengarungi revolusi indonesia lebih dramatis. Perjalanan hidupnya dilalui dengan penuh ketegangan. Sosoknya diburuh diberbagai Negara. Rudolf Mrazek menyebut Tan Malaka sebagai manusia komplit: pemikir yang cerdas sekaligus aktivis politik yang lincah. Kedua manusia besar ini yakni Tan malaka dan sjahrir sama-sama melewati kemelut sejarah bangsanya yang tragis. Tan Malaka gugur justru dalam penghiantan bangsanya sendiri dan sjahrir gugur dalam pengasingannya sebagai tahanan politik. 

Dua Legendaris Tumbal Revolusi ini mungkin tidak menduga sama sekali tindakan kejam dan biadap itu bakal dilakukan oleh tentara bangsanya sendiri yang telah diperjuangkannya dengan segala kepahitan dan penderitaan. Bukankah sepanjang hidupnya ia telah kenyang dengan berbagai penangkapan dan penahanan diberbagai Negara. Akan tetapi, semuanya tidak ada yang mengakhiri dengan menghilangkan nyawanya. Bahkan di Negara tidak pernah menginginkan kehidupannya. 

Selama 51 tahun hidupnya, Tan malaka telah menjelajah 21 tempat dan 11 Negara dengan kondisi sakit-sakitan dan pengawasan ketat agen-agen interpol. Mulai dari tanah kelahirannya Minangkabau hingga berpetualang ke Belanda, Jerman, Inggris, Uni soviet, Filipina, Burma, Beijing, Thailand, dan kembali ke Indonesia untuk bergerilya ke Banten, Jakarta, Surabaya, Semarang, Purwokerto, dan yogyakarta. 

Semua perjuangan dan pengorbanan itu dilalu demi satu hal yaitu kemerdekaan indonesia. "Lebih baik dibom atom dari pada tidak merdeka 100%" .
Yang masih muncul dalam pikiran ku yaitu mengapa kedua tokoh ini tidak dianggap?  Bukan kah selama hidupnya kedua tokoh ini ikut andil besar dalam kemerdekaan Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Buku: Iblis Menggugat Tuhan

Judul buku: Iblis Menggugat Tuhan (The madness of God)  Penulis: swahni Penerbit: Dastan Books Pengulas: Nurul Annisa/Angkt: Muttia Ate Pengetahuan berjalan tertatih dengan kaki yang patah.  Tapi kematian datang menyeruduk tak kenal ampun.  Telah ku saksikan orang-orang beriman yang berwudhu deng darah mereka sendiri, sementara air wudhu ku cuma sebatas  tinta.     Dengan nama yang maha suci, bagimu yang membaca kata demi kata ini, ingatlah aku dalam doamu. Ingatlah aku agar dia juga mengingatku.  Memicingkan mata di depan Ka'bah, apa kiranya yang kau tahu tentang bangunan suci itu? Bahkan seandainya sang Ka'bah mampu membuka diri, tak satupun kata bisa kau sampaikan kembali kepada orang lain. Sungguh ia memang tak tersampaikan. Diamlah!  Kata-kata mu bukan akhir dari segalanya tak ada keseimbangan di situ. Semata-mata bobot satu kata menindih kata yang lain tak lebih. Jika kata mampu mengekspresikannya, maka kau belum menemukannya.  Manusia-m

Ulasan Buku: Novel Dunia Sophie

Judul: Dunia Sophie/bagian Renaisans Jumlah Hlm: 798  Penulis: Jostein Gaarder Penerbit: Mizan Pengulas: Aderwin Novel dengan latar belakang filsafat ini cukup memberi angin segar kepada pembacanya, karena selama ini, di filsafat yang dipandang sulit dan berat untuk dipelajari ternyata bisa disampaikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dicerna. Pada halaman 294-338 bagian Renaisans menjelaskan bahwa, Renaisans adalah perkembangan budaya yang dimulai dari akhir abad 14 dimulai dari Italia Utara hingga menyebar dengan cepat ke seluruh eropa dalam abad 15-16. Renaisans atau kelahiran kembali atau dikenal juga sebagai lahirnya kembali kesenian dan kebudayaan Yunani kuno, membicarakan mengenai nilai-nilai Humanisme renaisans. Renaisans menimbulkan pandangan baru tentang manusia.humanisme renaisans menimbulkan pandangan baru tentang manusia yang dimana ini sangat bertentangan dengan tekanan dari abad pertengahan yang penuh prasangka mengenai manusia yang penuh d