Saat ini kita di hangatkan dengan kabar melemahnya nilai rupiah terhadap dolar dengan catatan terakhir bernilai Rp. 14.904 per 1 USD. fenomena turunnya nilai rupiah bukan hal yang tabu lagi bagi Indonesia dimana kita pernah mengalami krisis moneter besar-besaran pada tahun 1998 dengan nilai rupiah mencapai Rp. 16.800 per 1 USD dan membuat ribuan mahasiswa melakukan aksi yang sampai saat ini masih terbayang dimata kita.
Gambaran diatas menunjukkan bahwa
menurunnya nilai rupiah bisa terjadi kapan saja. Sebelum kita menuju pembahasan
yang lebih mendalam mengenai turunnya nilai rupiah yang membuat banyak
bermunculan statement bahwa “
Indonesia tidak dalam keadaan baik-baik saja”. Mari kita berkaca kembali dalam tragedi 1998. Apa sebenarnya
yang menjadi pembeda antara tahun 1998 dengan tahun 2018? Mengapa Mahasiswa
bahkan Masyarakat masih adem-adem
saja dengan melemahnya nilai rupiah pada saat ini? Meskipun telah kita ketahui
bersama sudah ada beberapa mahasiswa yang sudah ambil bicara mengenai hal ini.
“pada tahun 1998 kerusuhan
terjadi bukan hanya dalam konteks melemahnya nilai rupiah tetapi yang lebih penting
adalah berada dalam kompleks persoalan kebangsaan..” kata Ketua Umum Gerakan
Mahasiswa Kalukku tahun 2015-2016 kakanda Muhammad Risal.
Aksi besar-besaran pada tahun
1998 bukan hanya karena nilai rupiah yang melemah tetapi juga dikarenakan
masyarakat di cekik oleh sistem.
“dampak dari menurunnya nilai
rupiah bukan hanya menjadi keresahan para wiraswasta, sebenarnya dampak yang
lebih nyata dirasakan oleh masyarakat contohnya akan terjadi krisis bahan bakar
dan bahan pokok” kata Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Kalukku tahun 2016-2017
kakanda bahrum syam.
apa sebenarnya alasan mengapa
nilai rupiah melemah pada saat ini?
Peneliti Institute for
Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira
Adhinegara, mengungkapkan pelemahan atau depresasi tersebut diperkirakan
sebagai imbas dari perang dagang antara AS dan Tiongkok. "Efek perang
dagang dikhawatirkan menurunkan kinerja ekspor negara berkembang seperti
Indonesia," ujar dia. Liputan6.com
“indonesia bisa memanfaatkan
kenaikan nilai USD akan tetapi saat ini keadaan pasar dunia tidak mendukung” kata
Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Kalukku tahun 2017-2018 kakanda Muhammad Rifky
Rainaldi.
Meskipun keadaan rupiah saat ini
masih dibawah krisis moneter 1998, bukan berarti Indonesia dalam keadaan aman.
Mengingat kinerja pemerintah dalam usaha kembali menguatkan rupiah belum
nampak. Sehingga wajar saja jika saat ini banyak elemen mahasiswa dan
masyarakat yang mulai melakukan gelombang demonstrasi untuk mendesak pemerintah
agar kinerja dalam menguatkan rupiah harus lebih di maksimalkan lagi. Sebab, jika
rupiah tidak kunjung menguat bukan tidak mungkin, dampak melemahnya rupiah di
2018 ini bisa mengulang konflik sosial di tahun 1998 atau bahkan lebih parah
dari itu.
Sebenarnya ada beberapa hal yang
dapat dilakukan untuk menjaga kestabilan ekonomi dalam negeri sembari menunggu
kembali menguatnya nilai tukar rupiah, “ Betul betul menegakkan kedaulatan
pangan dan sumber daya energi, mengurangi jumlah impor dan menarik minat
wisatawan asing untuk berkunjung ke Indonesia demi menambah pundi-pundi devisa”
ungkap kakanda muhammad risal, menambahkan.
DISKUSI LEPAS GEMA KALUKKU
Komentar
Posting Komentar